Aaah. Si Supri mogok lagi...
Begitu keluar bengkel, kupacu Si Supri menuju Karangmenjangan buat ngajar privat Ayu. Si Supri mulai bisa beraktivitas seperti biasa. Salah satu hal yang biasa yang amat berharga itu pun memberi kenikmatan padaku: kenyamanan dan kemudahan beraktifitas.
Hingga 28 jam setelah keluar bengkel, Si Supri mulai menunjukkan lagi gejala mogoknya. Di malam hari waktu perjalanan pulang ke Sidoarjo, di tengah jalanan yang macet, tiba-tiba Si Supri berlagak kehabisan bensin. Mesinnya tiba-tiba tersendat-sendat, antara hidup dan mati, dan akhirnya mati. Kendaraan lain di belakang membunyikan bel dengan keras, menyuruhku minggir. Oh, aku kan juga tidak mau Si Supri mogok di tengah jalan begini! F#ck!
Belum sampai dua hari keluar bengkel, Si Supri udah mogok lagi. Hmm.. Apa mungkin Pak Bengkel yang kemarin "mengobati sakit" nya Si Supri cuma berpura-pura sudah "mengobati" Si Supri dengan benar?
Mendengus kesal, aku dorong Si Supri tepi jalan. Belum jauh aku mendorong Si Supri, ada seorang Bapak yang mengatur parkir mobil di tepi jalan, menegurku untuk menepikan motor di sebuah kedai laundry. Bapak parkir lalu memanggil pemilik kedai laundry dan memintanya untuk membantuku. Pak pemilik laundry lalu menanyakan kondisi Si Supri dan memeriksa bagian businya. Setelah dicoba, rupanya busi Si Supri kotor. Hemmm, padahal kan kemarin businya baru beli. Ah, gak tau deh. Yang penting Si Supri sudah mau jalan.
Beberapa meter setelah Si Supri berjalan seperti biasa, tiba-tiba gejala mogok Si Supri muncul lagi. Dan benarlah, Si Supri pun mogok lagi. Lagi-lagi mogok lagi. F#ck! Sialnya lagi, minggu ini aku sedang sangat bokek. Jadi hari ini pun uang di saku jeansku hanya Rp 10.000,-. Dengan frustasi, aku menghubungi orang-orang yang mungkin bisa membantuku. Inilah mereka:
Sent to Janet --> Net, motorku mogok lagi, sekarang aku di Jalan Nginden
Sent to Mas Gendut --> Motorku mogok lagi di tengah jalan. Dasar bengkel sialan kemarin
Sent to Adek --> Dek, bilangin mama teleponen aku sekarang. Penting.
Dan inilah jawabannya.
From Janet --> I'm coming there, wait me
From Mas Gendut --> Sabaaaar
From Adek --> Mama masih di langgar
Dan aku pun menunggu kedatangan Janet di tepi Jalan Nginden yang super crowded. Beberapa menit kemudian, datanglah bala bantuan: Janet dan Zahroh. Fiuhbanget.
Aku, Janet, dan Zahroh, yang menyebut diri kami sendiri sebagai ranger (hahaha), sekarang sedang berada di tepi Jalan Nginden, kebingungan akibat ulah Si Supri. Huffbangetkan?
Kami berdiskusi sebentar, menimbang-nimbang resiko kalau aku tetap nekat melanjutkan perjalanan pulang ke Sidoarjo, padahal masih butuh waktu sekitar 40 menit lagi untuk sampai. Karena menganggap kondisi si supri tidak memungkinkan untuk bertahan hingga 40 menit, maka aku memutuskan untuk membawa Si supri kembali ke kampus tercintaaaaa. Janet yang baik hati, ranger paling tegar, bersedia mengendarai Si Supri yang rewel. Sedangkan aku, tuannya Si Supri, malah mengendarai kuda besi lainnya, yang tadi dikendarai oleh Janet dan Zahroh. Beriringan, kami pun kembali ke kampus tercinta, tepatnya ke basecamp para ranger lainnya: PLH SIKLUS ITS.
Sesampainya di basecamp, yang biasa kami sebut sebagai "sekret", kami mengandangkan Si Supri agar dia beristirahat sebelum besok harus dibongkar lagi di bengkel yang "pura-pura". Hei, bukannya aku bodoh mau bawa Si Supri kembali ke orang yang mungkin cuma "pura-pura" bisa, aku cuma mau minta konfirmasi dan tanggung jawabnya, kenapa Si Supri kok mogok lagi. Kalau alasannya masuk akal, ya bisa jadi bengkel itu bukan "pura-pura", tetapi Si Supri saja yang manja dan banyak maunya, minta diganti ini itu.
Supri, oh Supri.... Kapan kamu mau sembuh? Capek tahu, dorong-dorong kamu!
Setelah beres mengandangkan Si Supri, tiga ranger pun berbagi tempat di atas satu kuda besi, alias boncengan tiga, untuk mencari sesuap nasi. Hehe. Dari tempat parkir ke sekret jaraknya lumayan, harus naik tangga pula. Daripada membuang energi untuk hal yang nggak terlalu penting, lagipula kami mau menghemat BBM yang katanya semakin langka, kami pun memutuskan berbonceng tiga sekaligus.
Hmm, kalau diamati ternyata sekarang ini fenomena boncengan tiga sudah sangat jarang ditemui di area kampus. Padahal di jamanku yang masih imut-imut jadi mahasiswa baru, fenomena boncengan tiga sudah menjadi pemandangan yang akrab di mata kami. Sambil menyusuri jalanan daerah Keputih untuk mencari warung makan Padang, kami bernostalgia soal fenomena boncengan tiga yang sekarang sedang kami lakukan ini.
![]() |
Ranger yang repot karena ulah Si Supri (ki-ka: Zahroh, Janet, aku) |
Putar-putar di jalanan Keputih, ternyata warung makan Padang nya sudah pada tutup. Aah, masih ada Gebang. Dan berbeloklah kami ke jalanan Gebang.
Benarlah. Di Gebang masih ada satu warung makan Padang yang buka. Jujur saja, aku gak terlalu suka dengan masakan Padang, lagipula lagi bokek beraaat. Yah, gak apa-apa deh, sekali-sekali makan masakan Padang, tapi ngebon dulu sama Janet. Hehe.
Setelah memesan tiga gelas es teh dan tiga piring nasi dengan lauk yang sama, kami pun makan dengan lahapnya seperti orang kalap karena sudah berjuang mengendarai Si Supri malam-malam. Hhh. Sebenarnya gak serakus itu, sih, hehe. Kami makan sambil ngobrol ngalor ngidul, tentang isu Norm (salah satu ranger PLH SIKLUS ITS) yang kabarnya mau cuti kuliah untuk ekspedisi ke Sulawesi, tentang ayam-ayam yang diternak Balon (teman dari Jember) yang katanya sudah mati 300 ekor, tentang "kolam pengakuan" kami, tentang penyebab bau bunga eidelweis di jalanan menuju sekret, tentang banyak hal. Di waktu yang singkat itu, banyak obrolan yang mengalir begitu saja. Lalu tiba-tiba muncul sebuah pertanyaan, kapan terakhir kali kami makan bertiga bersama seperti ini. Hmm, rasanya sudah lama sekali. Mungkin aku yang sudah jarang menyambangi sekret. Bagaimana tidak, minggu ini setiap malam aku harus ngajar les privat minimal dua kali, karena musim UAS. Janet sibuk mengerjakan tugas akhirnya. Dan Zahroh yang akhir-akhir ini juga sibuk dengan proyek melaut dari Bu Dosen.
Malam ini, ketika seharusnya aku kesal setengah mati karena ulah Si Supri, diam-diam aku malah bersyukur atas waktu yang kami habiskan bersama akibat ulah Si Supri. Well, pasti Janet dan Zahroh jadi kehilangan waktu yang bermanfaat untuk diri mereka karena tiba-tiba harus direpotkan oleh ulah Si Supri. Tapi, ya... that's what friends are for, kan? Hehehe.
Terimakasih Janet dan Zahroh.
Jadi ingat di jaman-jaman nganggur dulu, kami bertiga sangat sering menghabiskan waktu di tepi "kolam pengakuan" untuk membicarakan hal-hal sederhana dalam kehidupan kami, tentang cinta-cintaan kami, tentang keinginan dan mimpi kami, tentang karakter, tentang ranger-ranger PLH SIKLUS ITS lainnya. Dulu di jaman itu, kami juga sering menghabiskan waktu untuk menginap di kosnya Janet (soalnya nyaman banget). Hehe. Di jaman itu, menurut kami, makan bersama adalah hal yang sangat biasa.
Tapi sekarang, ketika hal-hal biasa itu sudah jarang terjadi, maka hal-hal biasa itu menjadi hal-hal yang amat berharga. Kenangan itu memang tidak akan bisa kami ulang. Akan tetapi, kenangan itu akan selalu bisa untuk diingat. Kenangan itu akan menjadi cerita untuk anak-anakku nanti, bahwa dulu Ibunya mempunyai sahabat-sahabat dari PLH SIKLUS ITS yang amat menyenangkan. Kenangan itu juga akan menjadi doa bagiku untuk sahabat-sahabatku, semoga kelak di masa tua, kami bisa bertemu kembali untuk menertawakan kebodohan dan hal-hal konyol yang pernah kami lakukan bersama. Semoga nanti aku bisa dengan bangga mengatakan pada semua orang bahwa seseorang yang tengah berdiri di panggung untuk menerima penghargaan itu adalah sahabatku, atau bahwa seseorang yang telah berhasil mendirikan sekolah bakat itu adalah sahabatku, atau bahwa seseorang yang hatinya baik itu adalah sahabatku, atau bahwa seseorang yang bukunya telah diterbitkan hingga jutaan kopi itu adalah sahabatku, atau bahwa seseorang yang telah berhasil menjadi ibu yang baik itu adalah sahabatku. Well, semoga kenangan itu akhirnya bisa menjadi motivasi bagi kami untuk terus berusaha mencapai mimpi yang telah kami ukir masing-masing.
ranger PLH SIKLUS ITS lainnya |
Hari ini, dua ranger Janet dan ranger Zahroh telah membuat sesuatu yang menyebalkan menjadi sesuatu yang menyenangkan.. Once again, thanks for being ranger. Hehe
OHYA! Bagaimana dengan Si Supri? Mau pake duit siapa besok ke bengkelnya? Sepertinya harus ngebon lagi ke Janet. Hehe ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih ^^