Tampilkan postingan dengan label resensi buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label resensi buku. Tampilkan semua postingan

Senin, 12 November 2012

Stargirl


book cover of Stargirl
Ada seorang gadis yang menamai dirinya ‘Stargirl’. Gadis ini aneh dan sangat tidak biasa. Dia suka memberi hadiah atau kartu ucapan kepada orang-orang yang berulangtahun, orang-orang yang baru sembuh dari sakitnya, atau orang-orang yang memenangkan perlombaan. Stargirl suka membawa ukulele ke sekolah, dan dia memainkan alat musik petik itu sambil menyanyikan lagu untuk temannya yang sedang berulangtahun. Pakaian-pakaian Stargirl pun tidak kalah aneh dengan dirinya sendiri. Pakaian yang ia kenakan selalu berkesan tempo dulu dan mirip baju biarawati: baju terusan yang teramat panjang hingga dasarnya selalu menyapu lantai dan bagian lehernya panjang dan berkerut-kerut. Stargirl berjalan kaki dari rumah menuju sekolah, padahal di setiap perjalanannya itu, dia harus melewati jalanan padang pasir yang panjang dan penuh dengan kaktus-kaktus besar seperti Saguaro. Di beberapa perjalanan, Stargirl sering menjatuhkan uang koin. Sahabat dekatnya bertanya kenapa, dan Stargirl menjawab, “bukankah di masa kecilmu, kau juga amat senang jika menemukan uang koin di jalanan?”
Stargirl menghidupkan sekolah, begitu pendapat beberapa orang teman. Sekolah yang dulu selalu terdengar sepi meskipun terlihat padat, sejak kehadiran Stargirl mulai benar-benar terdengar dan terlihat padat. Koridor-koridor sekolah yang dulu selalu sepi meskipun sesak, kini menjadi koridor yang berisik dan penuh dengan murid-murid yang saling bertegur sapa.
Setiap memberi hadiah atau kartu ucapan kepada orang-orang, Stargirl tidak pernah mencantumkan namanya. Sahabatnya bertanya kenapa, dan Stargirl kembali bertanya pada sahabatnya, “apakah perlu?”
Stargirl tidak mempunyai ego, begitu kata sahabat dekatnya. Stargirl selalu memikirkan kebahagiaan orang lain, dan melupakan bagaimana seharusnya bersikap. Bukan tanpa alasan sahabatnya berkata demikian. Menurut beberapa orang, mereka pernah melihat Stargirl di pemakaman orang yang sama sekali tidak ia kenal. Sahabatnya bertanya “kenapa?”, dan Stargirl menjawab “apa tidak boleh mendoakan orang yang sudah meninggal meskipun tidak mengenalnya?”
Dalam pertandingan-pertandingan basket, dimana Stargirl menjadi tim pemandu sorak, dia selalu bersorak. Benar-benar selalu bersorak di setiap momen pertandingan. Setiap kali ada pemain yang berhasil mencetak angka, Stargirl selalu bersorak, tidak peduli apakah pemain yang mencetak angka itu berasal dari tim sekolahnya atau tim lawan. Tentu saja teman-teman sekolahnya kurang setuju terhadap sikapnya. Lagi-lagi, sahabatnya bertanya, “kenapa?”, dan Stargirl menjawab, “bukankah tugas dari pemandu sorak adalah bersorak untuk para pemain?”
Dalam salah satu pertandingan, ada seorang pemain dari tim lawan yang terjatuh hingga tidak dapat bangkit berdiri karena kesakitan. Dengan kecepatan yang melebihi siapa pun yang ada di stadion, Stargirl menghampiri dan memangkukan kepala si pemain yang terjatuh pada kakinya. Melihat itu, semua orang dalam stadion terkejut, terlebih teman sekolah dan teman-teman dalam tim pemandu soraknya. Bagaimana bisa seorang pemandu sorak begitu khawatir dan bergegas membantu pemain tim lawan yang terjatuh di arena pertandingan? Sahabatnya kembali bertanya, dan Stargirl menjawab, “aku hanya bersimpati dan ingin membantunya.”
Sejak pertandingan itu, Stargirl yang awalnya menjadi panutan bagi teman-teman di sekolah, mulai dijauhi. Rupanya tidak sedikit teman yang setuju atas tindakan simpati Stargirl. Mereka mulai memalingkan muka setiap berpapasan dengan Stargirl, dan tidak mau makan siang di meja yang sama dengan Stargirl.
Kini giliran Stargirl bertanya kepada sahabatnya, “kenapa?”, dan sahabatnya menjawab, “karena tindakanmu tidak normal.”
Maka sejak itu, Stargirl mencoba berubah. Stargirl tidak lagi memakai pakaian-pakaian tempo dulu, tidak membawa-bawa ukulele, dan tidak bersorak untuk tim lawan. Stargirl telah memakai baju-baju seperti yang dikenakan oleh gadis lainnya dan bersikap sebiasa mungkin. Stargirl benar-benar ingin menjadi gadis biasa. Dan... Ohya, namanya bukan lagi Stargirl, sebab Stargirl bukan nama aslinya. Stargirl telah mati, begitu kata Susan yang pernah menamai dirinya sebagai Stargirl.
Namun tetap saja, lingkungan sekolah masih membuangnya dari lingkaran pergaulan, sehingga Susan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Maka, dia pun menghilang dari lingkaran itu. Kini, baik Stargirl maupun Susan telah hilang. Tidak ada satu pun teman di sekolah yang tahu maupun peduli dimana Susan atau Stargirl berada.
Pada suatu malam, ketika perayaan promnight untuk sekolah, Stargirl kembali muncul. Rupanya Susan menjelma kembali menjadi Stargirl, sebab kehadirannya malam itu membawa kesan anggun sekaligus heboh. Stargirl menghidupkan malam promnight dan memimpin teman-temannya menari hingga keluar dari gedung promnight. Pesta jadi amat meriah bagi mereka yang menari bersama Stargirl. Beberapa anak yang tidak ikut menari bersama Stargirl jadi merasa tersisihkan. Ketika rombongan penari yang dipimpin stargirl tiba di gedung promnight, seorang anak yang masih saja menyimpan kebencian pada Stargirl menghampirinya, lalu menamparnya. Seluruh mata dalam gedung itu menunggu dengan cemas apa yang akan mereka lihat selanjutnya. Betapa terkejutnya mereka, ketika Stargirl, alih-alih membalas tamparan, malah mencium pipi si penampar sambil tersenyum. Setelah itu, Stargirl pergi dan tidak pernah muncul lagi.
Kemana Stargirl pergi? Entahlah, hanya Tuhan dan Jerry Spinelli, sang penulis novel “Stargirl”, yang mengetahuinya.
Dalam novel ini, Jerry Spinelli seakan-akan ingin menyampaikan pesan-pesan perdamaian melalui tokoh utamanya. Stargirl yang selalu ingin berbuat baik kepada orang lain, sama sekali tidak mengharapkan imbalan ataupun kenangan terhadap dirinya. Dia melakukannya dengan ikhlas. Stargirl tidak memiliki ego untuk dirinya sendiri, egonya hanya diperuntukkan bagi orang lain.

Black Interview


book cover of Black Interview
“Black Interview” adalah sebuah buku kumpulan ulasan dan wawancara fiktif mengenai kondisi kota Jakarta 100 tahun kemudian. Buku yang sangat menarik ini terdiri dari beberapa chapter antara lain: JAKARTA TIDAK BERIMAN, SKANDAL SANDAL, BUSWAY SOCIETY, BANG BEN IS DEAD, KEDER GENDER, dan CLASSICAL BLACK. Di setiap chapternya, terdapat lima judul tulisan yang berisi ulasan dan wawancara fiktif. Disebut ulasan, karena Andre Syahreza, sang penulis, bukannya menulis cerita pendek di buku ini, melainkan tulisan yang menyerupai cerita pendek yang ia sebut sebagai imaginative journalism atau laporan jurnalistik imajinatif. Dalam prolognya, Andre Syahreza menyebutkan bahwa “Black Interview” merupakan kumpulan tulisannya untuk rubrik dengan nama yang sama dalam majalah djakarta! yang kemudian berubah format menjadi freemagazine.
Andre Syahreza, dengan cerdas dan unik, menuliskan imajinasinya mengenai kota Jakarta 100 tahun kemudian dari berbagai sisi kehidupan, dibumbui dengan komedi dan sindiran terhadap berbagai issue yang sedang berlangsung saat itu. Beberapa tulisan menceritakan bagaimana masyarakat Jakarta 100 tahun kemudian hidup dalam logika yang bertolak belakang dengan logika masa kini. Misalnya, dalam tulisan berjudul “Zaman Waras” yang berlatar kota Jakarta pada tahun 2111 Masehi, diceritakan warga Jakarta hidup dengan budaya gila. Orang gila di jaman itu adalah orang waras di jaman ini, sedangkan orang waras di jaman itu adalah orang gila di jaman ini dan dianggap sebagai sampah masyarakat. Segala tindakan dan kegiatan pada jaman itu dilakukan segila-gilanya. Segala hal yang masih waras dan bermoral dianggap aib di jaman itu.
Dengan imajinasinya yang hidup dan liberal, Andre Syahreza memuaskan rasa ingin tahu pembaca akan masa depan Jakarta. Masa depan itu sendiri sebenarnya adalah pilihan. Anggaplah Jakarta masa kini sebagai anak remaja yang berada dalam dua pilihan yang akan menentukan masa depannya: positif atau negatif. Jika warga jakarta tetap berperilaku dengan tanpa mengindahkan moral dan norma, sangat mungkin tulisan-tulisan dalam “Black Interview” benar-benar terjadi.