Niatnya mau mencari buku tulis punya Quro, tapi malah nemu buku harian yang aku tulis setahun lalu. Karena penasaran, orang seperti apa, sih, Ekky yang setahun lalu, maka kubuka buku harian itu. Sebenarnya tidak setiap hari aku menulis buku harian. Tapi rupanya setelah membaca buku harian itu, aku jadi mengerti bahwa aku lebih sering menulis di buku harian jika sedang sedih, atau kalau meminjam bahasa gaul anak muda jaman sekarang adalah GALAU. Hahaha. Kalau diingat-ingat lagi, di tahun 2012 ini aku jadi jarang menulis buku harian. Apakah itu berarti di tahun 2012 ini aku lebih berbahagia? Hahaha. Entahlah.
Buku harian itu, dan buku harianku yang sebelum-sebelumnya, pasti akan segera menghilang entah ke mana atau mungkin akan berakhir di tukang loak. Padahal aku sudah sering mewanti-wanti Mama agar tidak menjual buku-bukuku ke tukang loak, tapi tetap saja dilakukan. Kata Mamaku, Beliau sumpek melihat segunung buku buluk yang sepertinya sudah tidak ada gunanya itu. Hiks.
Sekedar untuk bernostalgia, aku ingin menulis ulang beberapa tulisan di buku harianku itu di blog ini. Bukan untuk memamerkan privasiku (karena memang tidak ada yang bisa dipamerkan). Aku hanya ingin menulisnya, sehingga suatu saat nanti ketika aku sudah lebih dewasa dan bijaksana, aku akan tersenyum membaca tulisanku itu. Lagipula, membaca kenangan yang pernah terjadi berguna juga untuk intropeksi diri: menimbang apakah diri kita sudah menjadi lebih baik daripada diri kita yang lalu. Sebenarnya, banyak banget buku-buku harianku yang sudah entah ke mana. Aku sedikit menyesal tidak bisa mengumpulkannya dan menjadikannya satu, karena kalau bisa menyatukan semua buku harianku itu, pasti menarik (maksudku menarik bagi diriku sendiri). Aduh, banyak cincong, nih. Oke, here we go... Ohya, untuk 'PS'-nya itu bukan isi buku harianku. Aku menambahkannya di sini untuk menjelaskan situasi yang sedang terjadi saat aku menulis di buku harian waktu itu.
6 Oktober 2011, kosnya Jannah
Hari ini aku berjanji untuk kembali membuka diriku demi cita-cita dan tujuan hidupku.
Aku tidak akan menyesali apa yang terjadi, karena itu pilihanku yang sebenarnya memang telah ditakdirkan oleh Allah Swt.
Aku tidak akan menundukkan diriku demi 'batu-batu kecil', aku akan tetap berdiri demi 'batu besar' dalam hidupku.
Apapun ceritanya, aku tetap yakin pada Allah Swt... Bahwa hanya Ia yang mampu memberiku kebahagiaan pada waktu yang tepat.
(PS: ini ceritanya aku baru menolak mantan pacar yang ngajak balikan, padahal waktu itu aku juga masih sayang, hehe)
7 Oktober 2011, kosnya Merdeka
Apapun yang kuucapkan saat itu, pasti sudah ditakdirkan oleh allah Swt. Aku tidak boleh menyesalinya. Seandainya waktu itu aku mengucapkan hal sebaliknya pun, jika Allah Swt tidak berkehendak, kami pasti tidak akan bisa. Aku hanya ingin dia lebih dewasa, dan dapat memaknai hidupnya dengan hal-hal yang lebih berarti. Aku ingin memberi dia waktu untuk berpikir tentang hidupnya sendiri. Aku ingin dia berpikir. Aku ingin dia berubah.
Apapun yang kuucapkan saat itu, bukan berujuan untuk menolak, tapi untuk memberinya kesempatan bangkit dan mengubah hidupnya menjadi lebih baik.
Tapi ternyata, harapanku padanya terlalu tinggi. Dia bukan orang yang sabar dan mau menunggu lebih lama lagi, atau mungkin dia memang tidak mau berubah.
Tujuanku tidak tersampaikan dengan baik, mungkin karena aku terlalu munafik dan mengingkari perasaanku, atau karena dia terlalu buta untuk melihat semuanya?
Ya Allah, maafkan aku jika aku terlalu sombong kepada-Mu... Aku bilang kuat, padahal hanya Engkau yang Maha Kuat. Aku bilang bisa, padahal hanya Engkau yang Maha Bisa.
Aku hanya memohon sedikit kekuatan dan kemampuan dari-Mu, meski Engkau tidak selalu mengabulkannya. Ya Allah, jangan buat aku meragukan-Mu. jadikanlah aku manusia yang yakin dan semakin yakin kepada-Mu.
Hari ini mungkin Engkau tidak mengabulkan doa dan harapanku. Tapi buatlah aku mengerti bahwa harapanku yang tidak Engkai kabulkan itu sama sekali tidak ada artinya jika dibandingkan dengan apa yang akan Engkau berikan kepadaku nantinya...
Maaf jika aku selalu berdoa kepada-Mu, karena hanya Engkau Tuhanku, karena aku hanya percaya kepada-Mu, karena hanya Engkau yang kutahu dapat mengabulkan doa-doaku. Maaf jika doaku terlalu banyak. Maaf jika aku meminta terlalu banyak, karena aku tidak bisa meminta kepada yang lain, karena hanya Engkau Tuhanku, satu-satunya tempat bagiku untuk berdoa dan meminta.
Terimakasih atas apa yang telah Engkau berikan kepadaku selama ini. Terimakasih atas semua kasih sayang-Mu. Rundungilah hari-hariku selanjutnya dengan segala bentuk kasih sayang-Mu, dan jadikanlah aku semakin dekat dengan-Mu. Aamiin...
*ditulis setelah puas menangis
Hey There Delilah
(PS: yang ini cerita tentang mantan pacar yang berbeda, yang pertama. Karena baru nyesek gara-gara menolak ajakan balik sang mantan, jadi ingat mantan yang lain. Hehe, ababil yah Guweh?)
Seseorang yang sangat baik dan sabar menunggu, yang pernah menjadikanku Delilah-nya.
Delilah, sebuah nama dalam lagu "Hey There Delilah", yang kemudian ia ubah menjadi Denicha, yang beberapa waktu kemudian kami sepakati lagi untuk diubah menjadi Danicha. Seseorang yang pernah menangis untukku, yang selalu berusaha menepati janjinya padaku, yang ikhlas menerima semua keputusanku, yang selalu mau mendengarkanku, yang selalu ada untukku, yang selalu bisa menenangkanku.
Biar saja orang itu tidak pernah tahu, bahwa aku pun pernah menangis untuknya. Bahwa aku pernah menempatkannya di hatiku lebih dari yang ia tahu. Bahwa aku pun menjadikannya Danicha. Bahwa aku mengagumi karya-karyanya. Bahwa sampai saat ini belum pernah ada yang lebih baik dari dia. Hey There Delilah, sebuah cerita yang pernah ada, yang harus berakhir karena keegoisanku. Sebuah cerita yang ingin kukenang, jadi biar kutulis saja...
Aku tidak ingat sejak kapan cerita itu dimulai, tapi klimaksnya terjadi pada tanggal 2 September 2008. Cerita yang sebenarnya sangat panjang, tetapi tampak singkat.
8 Oktober 2011, kamarku
Alhamdulillah... Terimakasih Engkau menghadirkan orang-orang seperti mereka dalam hidupku: Evita, Jannah, Merdeka, Zahroh, Nuril, Fenny...
Mereka tidak memiliki ikatan darah denganku, tapi mereka tulus dan ikhlas menemaniku.
Aku tidak memiliki apapun yang berharga untuk kuberikan kepada mereka, tapi mereka tetap bersedia mengulurkan tangan saat aku jatuh. Bahkan saat aku berada di titik minus kehidupan pun, mereka tetap bersedia dekat denganku...
Jannah mengajariku tentang keikhlasan.
Merdeka mengajariku tentang kesetiaan dalam cinta.
Nuril mengajariku tentang perubahan.
Fenny mengajariku tentang penerimaan.
Evita mengajariku tentang ketabahan dan keyakinan.
Zahroh mengajariku tentang kasih.
Lingkupilah hari-hari mereka dengan kasih sayang-Mu, Ya Allah...
Aku berjanji aku pun selalu ada untuk mereka...
Thanks for creating these people. Thanks for meeting me with these people. Thanks for knowing me to these people. Thanks for putting me among these people.
(PS: kalau aku menulisnya sekarang, nama-nama yang kusebutkan akan bertambah banyak)
9 Oktober 2011, kamarku
Sudah cukup aku menghambur-hamburkan waktu dan tenagaku untuk bermain-main...
Hati bukan permainan. Hati bukan sekedar kalimat dan kata. Hati merupakan koordinasi dari pikiran dan tindakan untuk menunjukkan sebuah pembuktian.
10 Oktober 2011, kamarku
Baru saja bermimpi yang sangat indah...Aku selalu mengkhayal tentang kamu, tentang kamu, dan tentang kamu. Tapi kamu jauh, dan tidak terjangkau... *dengan themesong: My Happy Ending, oleh Avril L.
12 Oktober 2011, kamarku
21 tahun 3 bulan, dan aku belum pernah melakukan apapun yang berarti untuk orang lain... PAYAH!!!!
18 Oktober 2011, kamarku
*We're just a friend, aren't we? Everything you've done to me, is only a part of ur loquacious, isn't it? Say yes!! You just do it because you have nothing else to do, and no one else to be joked. Ya!!!*Aku harus begadang dan rela capek hari ini, demi KIMIA INTI, 3 sks dan uang, oh uang... SEMANGAT!!!
*Menulis kisah itu bukan sekedar menceritakan, tapi juga seni membawa pembaca memasuki pikiran si penulis. Itu yang kumau....
(PS: ternyata sekarang aku sedang menjalin "hubungan khusus" dengan seseorang yang kumaksud di poin pertama, ternyata We're not just a friend today, hehe.)
19 Oktober 2011, sekretariat PLH SIKLUS ITS
This week will be very hard... But I've to stay strong for my own self and also for my beloved people: my mom and my dad.
19 Oktober 2011, my mom and dad's room
Gara-gara nonton film "Ghajini", jadi tidur bertiga. Hehe.
24 Oktober 2011, kamarku
Aku bangun pagi, dan mendengar "My Immortal"-nya Evanescence dari laptop. Laptopku menyala sejak sahur tadi, tapi aku hanya memutar mp3, dan tidak berkeinginan menyentuh proposal, naskah, atau yang lain. I hate my self. Huff.
Meskipun hanya berisi catatan harian selama bulan Oktober, buku harianku yang satu ini tidak lantas kosong melompong, melainkan penuh berisi tulisan-tulisan lain yang pastinya akan membutuhkan waktu berhari-hari kalau harus ditulis di sini. Tulisan-tulisan itu antara lain adalah catatan untuk rancangan Tugas Akhir-ku (yang alhamdulillah sekarang Tugas Akhir-ku sudah rampung), catatan jadwal mengajar les privat, catatan jadwal asistensi praktikum, daftar keinginanku (yang sangat memalukanku kalau kalian mengetahuinya), catatan yang kubuat dalam seminar dan workshp, lembar curhat sama Merdeka (seperti chatting, tapi menulisnya dalam selembar kertas, karena ketika melakukannya kami sedang kuliah di dalam kelas), beberapa puisi, catatan kuliah yang sangat tidak rapi, dan rancangan bisnis yang akhirnya tidak jadi aku lakukan.
Hahaha. Jadi itulah 2011-ku. 2012 pun sudah hampir berakhir. Bagaimana aku mengisi tahun-tahunku yang ternyata rasanya sangat cepat berlalu. Selalu saja ada perubahan dalam setiap tahunku. Semoga nanti, di tahun 2013 aku sanggup menjadi lebih baik dari tahun-tahunku sebelumnya. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih ^^