![]() |
book cover of Stargirl |
Stargirl
menghidupkan sekolah, begitu pendapat beberapa orang teman. Sekolah yang dulu
selalu terdengar sepi meskipun terlihat padat, sejak kehadiran Stargirl mulai
benar-benar terdengar dan terlihat padat. Koridor-koridor sekolah yang dulu
selalu sepi meskipun sesak, kini menjadi koridor yang berisik dan penuh dengan
murid-murid yang saling bertegur sapa.
Setiap
memberi hadiah atau kartu ucapan kepada orang-orang, Stargirl tidak pernah
mencantumkan namanya. Sahabatnya bertanya kenapa, dan Stargirl kembali bertanya
pada sahabatnya, “apakah perlu?”
Stargirl
tidak mempunyai ego, begitu kata sahabat dekatnya. Stargirl selalu memikirkan
kebahagiaan orang lain, dan melupakan bagaimana seharusnya bersikap. Bukan
tanpa alasan sahabatnya berkata demikian. Menurut beberapa orang, mereka pernah
melihat Stargirl di pemakaman orang yang sama sekali tidak ia kenal. Sahabatnya
bertanya “kenapa?”, dan Stargirl menjawab “apa tidak boleh mendoakan orang yang
sudah meninggal meskipun tidak mengenalnya?”
Dalam
pertandingan-pertandingan basket, dimana Stargirl menjadi tim pemandu sorak, dia
selalu bersorak. Benar-benar selalu bersorak di setiap momen pertandingan.
Setiap kali ada pemain yang berhasil mencetak angka, Stargirl selalu bersorak,
tidak peduli apakah pemain yang mencetak angka itu berasal dari tim sekolahnya
atau tim lawan. Tentu saja teman-teman sekolahnya kurang setuju terhadap
sikapnya. Lagi-lagi, sahabatnya bertanya, “kenapa?”, dan Stargirl menjawab,
“bukankah tugas dari pemandu sorak adalah bersorak untuk para pemain?”
Dalam
salah satu pertandingan, ada seorang pemain dari tim lawan yang terjatuh hingga
tidak dapat bangkit berdiri karena kesakitan. Dengan kecepatan yang melebihi
siapa pun yang ada di stadion, Stargirl menghampiri dan memangkukan kepala si
pemain yang terjatuh pada kakinya. Melihat itu, semua orang dalam stadion
terkejut, terlebih teman sekolah dan teman-teman dalam tim pemandu soraknya.
Bagaimana bisa seorang pemandu sorak begitu khawatir dan bergegas membantu
pemain tim lawan yang terjatuh di arena pertandingan? Sahabatnya kembali bertanya,
dan Stargirl menjawab, “aku hanya bersimpati dan ingin membantunya.”
Sejak
pertandingan itu, Stargirl yang awalnya menjadi panutan bagi teman-teman di
sekolah, mulai dijauhi. Rupanya tidak sedikit teman yang setuju atas tindakan
simpati Stargirl. Mereka mulai memalingkan muka setiap berpapasan dengan
Stargirl, dan tidak mau makan siang di meja yang sama dengan Stargirl.
Kini
giliran Stargirl bertanya kepada sahabatnya, “kenapa?”, dan sahabatnya
menjawab, “karena tindakanmu tidak normal.”
Maka
sejak itu, Stargirl mencoba berubah. Stargirl tidak lagi memakai
pakaian-pakaian tempo dulu, tidak membawa-bawa ukulele, dan tidak bersorak
untuk tim lawan. Stargirl telah memakai baju-baju seperti yang dikenakan oleh
gadis lainnya dan bersikap sebiasa mungkin. Stargirl benar-benar ingin menjadi
gadis biasa. Dan... Ohya, namanya bukan lagi Stargirl, sebab Stargirl bukan
nama aslinya. Stargirl telah mati, begitu kata Susan yang pernah menamai
dirinya sebagai Stargirl.
Namun
tetap saja, lingkungan sekolah masih membuangnya dari lingkaran pergaulan,
sehingga Susan tidak tahu lagi harus berbuat apa. Maka, dia pun menghilang dari
lingkaran itu. Kini, baik Stargirl maupun Susan telah hilang. Tidak ada satu
pun teman di sekolah yang tahu maupun peduli dimana Susan atau Stargirl berada.
Pada
suatu malam, ketika perayaan promnight untuk sekolah, Stargirl kembali muncul.
Rupanya Susan menjelma kembali menjadi Stargirl, sebab kehadirannya malam itu
membawa kesan anggun sekaligus heboh. Stargirl menghidupkan malam promnight dan
memimpin teman-temannya menari hingga keluar dari gedung promnight. Pesta jadi
amat meriah bagi mereka yang menari bersama Stargirl. Beberapa anak yang tidak
ikut menari bersama Stargirl jadi merasa tersisihkan. Ketika rombongan penari
yang dipimpin stargirl tiba di gedung promnight, seorang anak yang masih saja
menyimpan kebencian pada Stargirl menghampirinya, lalu menamparnya. Seluruh
mata dalam gedung itu menunggu dengan cemas apa yang akan mereka lihat
selanjutnya. Betapa terkejutnya mereka, ketika Stargirl, alih-alih membalas
tamparan, malah mencium pipi si penampar sambil tersenyum. Setelah itu,
Stargirl pergi dan tidak pernah muncul lagi.
Kemana
Stargirl pergi? Entahlah, hanya Tuhan dan Jerry Spinelli, sang penulis novel
“Stargirl”, yang mengetahuinya.
Dalam
novel ini, Jerry Spinelli seakan-akan ingin menyampaikan pesan-pesan perdamaian
melalui tokoh utamanya. Stargirl yang selalu ingin berbuat baik kepada orang
lain, sama sekali tidak mengharapkan imbalan ataupun kenangan terhadap dirinya.
Dia melakukannya dengan ikhlas. Stargirl tidak memiliki ego untuk dirinya
sendiri, egonya hanya diperuntukkan bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih ^^