Senin, 21 Januari 2013

kosong saja

Masih kosong.
Aku masih menjadi pribadi yang kebingungan.
Tokoh utama dalam ceritaku sendiri.
Yang penuh dengan kelokan.
Selalu ada pilihan.
Memberi kesempatan untuk membuat keputusan.
Tetapi aku masih kosong. Bingung.
Kelokan mana yang seharusnya ku pilih.
Tentang menjadi apa dan siapa dalam ceritaku ini.
Mengapa Tuhan menjadikanku manusia jika tanpa arti.
Apa aku ini? Siapa aku ini?
Perasaan ini tidak asing. Tetapi aku selalu ingkar. Mengabaikannya dalam dunia mimpi.
Sehingga perasaan ini datang lagi, selalu datang lagi, dan lagi.
Membuatku ingin mengeluarkan air mata yang tampaknya tertahan.
Seperti adegan dalam drama, menangis dalam hujan dan angin.
Air mataku terbawa oleh hujan dan angin, menembus malam yang dingin, larut bersama butir air lainnya.
Apakah air mataku akan ikut mengalir bersama mereka, butir-butir air lainnya?
Apakaha air mataku ikut mengembara hingga dapat berkumpul bersama uap air lainnya dan membentuk awan?
Apakah air mataku ikut menelisik ke dalam gelapnya tanah, mengalir bersama butir lainnya?
Ke mana ujungnya air mataku?

Aku masih saja menjadi tokoh yang kebingungan dalam ceritaku sendiri.
Berjalan seperti tanpa arah.
Apa tujuanku? Dimana hargaku?
Kepercayaan diriku mulai tuntas.
Entah dimana yang dulu pernah ku raih.
Sepertinya hilang saja bersama angin dan hujan.
Tetapi aku mencintai hujan, meskipun tidak akan bisa berlama-lama bermain bersamanya.
Aku pun mencintai angin, meskipun tidak sanggup menerima tantangannya.

Tuhan, aku masih mempertanyakannya, mencarinya, dimana seharusnya aku.
Apa kebahagiaanku.
Aku masih di sini, menjadi tokoh yang tidak disorot dalam ceritaku sendiri.

Aku tidak mengerti.
Di saat seperti ini pun dia tidak ingin mendengarku.
Mendengarku pun, dia pasti akan bilang, "terlalu banyak alasan"
Membuatku semakin bingung.
Apa sebenarnya arti kata kasih baginya?

Aku akan berjalan dalam kesendirian.
Duduk dalam kesunyian.
Menulis isi hatiku meskipun abstrak.
Membentuk bunga-bunga dari kain untuk menyenangkan hatiku.

Orangtuaku.
Aku melihat mereka diam-diam saat tidur.
Mengamati garis wajah mereka yang semakin jelas.
Ayahku adalah lelaki paling tampan, sedangkan ibuku adalah wanita paling cantik.
Ayah dan Ibu.
Aku hidup di dunia, menjadi manusia, menjalani peran sebagai aku.
Karena mereka.

Dan pertanyaan itu masih mengerubungi otakku.
Menjelma seperti air bah yang keruh, diputar oleh angin.
Pertanyaan itu masih ada, belum terjawab.

Tuhan, aku mencarimu. Padahal aku tahu Engkau ada di sini, lebih dekat dari urat nadiku.
Ini pertanyaan yang tidak akan pernah terjawab jika bukan aku sendiri yang berusaha menjawabnya.

Masalah itu selalu ada dalam kehidupan. Dengan tingkat yang berbeda.

Apapun yang kutulis di sini, ini hanya cairan kental yang tiba-tiba ingin ke luar dari kepalaku.
Saat ini.
Dan suatu saat nanti, aku akan tersenyum membaca tulisan ini.



HAAAAA. I really need somebody to talk, to take my tears out, but you're not here.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih ^^