Rabu, 19 Maret 2014

Terimakasih


Aku terlarut dalam malam. Hancur lebur menjadi partikel. Aku menyatu dengan gelap. Aku merasakan hadirmu.

Dua puluh empat bulan yang lalu kau dan aku masih berlari-lari kecil di pinggir Pantai Papuma. Musik lautan dimainkan oleh ombak yang bersinergi dengan air laut membunyikan suara-suara alam yang selalu kau banggakan padaku. Kau membawa kameramu, berusaha merekam setiap ekspresi yang muncul dari wajahku. Kau bilang aku cantik.

Tiga puluh satu bulan yang lalu kau dan aku masih duduk di tepian sebuah kolam, yang kita juluki “kolam pengakuan”. Di sana pertama kalinya hati kita bertemu. Bulan dan bintang menemani kita dengan lukisan langit yang selalu kau kagumi. Kita tertawa mendengar suara kodok yang bernyanyi setelah hujan turun. Bahkan malam itu pun, hujan turun ingin menyaksikan kita. Angin malam datang memberi salam kepada kita. Sang bulan tampaknya telah memberi kabar kepada seluruh elemen alam tentang kita.

Delapan belas bulan yang lalu kau dan aku menapaki tanah Mahameru. Aku seorang lemah yang tiba-tiba menjadi kuat untukmu, semata-mata ingin menunjukkan bahwa aku adalah wanita yang tepat untukmu. Kau ingat, matamu selalu berbinar-binar cemerlang saat menceritakan apa yang kau lihat di Ranu Kumbolo, apa yang kau pikirkan di Oro-Oro Ombo, apa yang kau rasakan di Mahameru. Aku ingin merasuki rasamu secara utuh.

Dua puluh bulan yang lalu kau dan aku berada di tengah padatnya kota Surabaya. Kau bilang ingin menunjukkan tempat yang menakjubkan kepadaku. Aku buta arah, kau mengerti itu. Maka kau tidak pernah sekali pun melepaskan tautan jari tanganmu dari jari tanganku. Sepanjang jalan bernama “Jalan Semarang” itu, kau dan aku bergandengan tangan mencari buku-buku tua dan murah yang sudah lama kita cari.

Enam belas bulan yang lalu kau dan aku duduk berhadapan di sebuah meja kafe es krim. Aku ingin mentraktirmu sebagai ucapan terimakasih atas semua kebaikan yang kau tanamkan padaku. Saat itu kau baru saja pulang dari pendakian Gunung Rinjani. Aku memesan satu porsi es krim coklat favoritmu dan satu porsi es krim vanilla favoritku. Aku menunggu binar-binar matamu saat menceritakan perjalanan Rinjani mu.

Namun kau diam.

Matamu sayup.

Aku bertanya mengapa. Matamu menatap mataku, mengisyaratkan bahwa kita sudah selesai. Kau tidak perlu bicara, aku sudah mengerti.

Rasamu telah berbeda.

Kau bilang kau bertemu lagi dengannya. Wanita itu. Yang selalu kau ceritakan. Yang tidak pernah kau lupakan. Yang selalu kau banggakan. Yang selalu kau hadirkan bahkan saat kita bersama.

Seketika. Aku melupakan nikmatnya rasa es krim vanilla favoritku. Aku merasakan hatiku tertusuk tombak. Otakku memaksa agar air mataku tidak keluar. Namun hatiku lebih kuat. Hatiku mengambil kendali atas seluruh tubuhku. Otakku tidak berfungsi. Serta merta air mataku jatuh.

Aku menangkupkan tangan di wajahku, berharap kau akan meraihnya dan mengatakan bahwa kau akan tetap bersamaku. Tetapi kau diam. Aku menangis sendirian. Kau dan aku hening di sudut kafe es krim yang ramai pengunjung. Kau menungguiku hingga aku lelah menangis. Aku membuka tanganku, meskipun aliran air mata masih belum bisa kuhentikan. Aku melihatmu menatapku.

Kau menatapku nanar. Aku bisa merasakan kekacauan di dalam hatimu. Saat itu kita tidak saling bicara. Kau hanya menatapku, dan aku mengerti. Bahwa kita telah usai. Bahwa wanita itu telah menunggumu untuk segera kembali padanya.

Bahwa kau tidak memilihku. Bahwa wanita itu telah meninggalkanmu, dan kau tetap memilih bersamanya.

Kau berucap maaf, lalu pergi meninggalkanku menangis sendirian di sudut kafe es krim. Aku memaksa tersenyum dan berkata kepadamu sebelum kau pergi, “terimakasih.”

Enam belas bulan yang lalu. Kau ingat? Hatiku masih saja perih.

5 komentar:

  1. masih terjebak dalam masa lalu, moga cepet move on ya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. ini saya lagi belajar bikin cerpen Pak, bukan pengalaman pribadi -___-a

      Hapus
  2. Balasan
    1. haduuuu, ini bukan pengalaman pribadi cin, ini cuma belajar nyerpen, hehehe

      Hapus
    2. Setelah aku baca lagi, aku jahat banget sama tokoh utamanya ya, hikz :'(

      Hapus

terimakasih ^^