Sabtu, 28 April 2012

bingung kasih judul :-)


Hola, hola.
Aku Ekky, cewek imut manis, tapi cuma kata Mama sama Ayahku. Heheh.
Seorang mahasiswi tingkat akhir yang lagi galau sama cin(TA)-nya.... Hei, bukan film cin(T)a lho ya, tapi cin(TA), yang artinya cin(TugasAkhir). Nge-lab belum selesai-selesai, apalagi nulis naskahnya... Euuh. Jadi, sebelum mengidap penyakit galau stadium akhir, ya akhirnya berselancar di dunia maya sambil nulis cerita-cerita gak penting berikut ini... Heheh.

Ngomong-ngomong soal tugas akhir, kalo misalnya tugas akhirku lancar jaya, berarti status kemahasiswaan-ku akan segera berakhir (AMIN). Waw.. Ternyata waktu berjalan begitu cepat. Rasanya baru kemarin aku ikutan ospek, eh tahu-tahu udah galau gara-gara Tugas Akhir aja... Kalau dihitung-hitung, dari awal agustus 2008 sampai sekarang, akhir april 2012, berarti udah hampir empat tahun aku ngendon jadi mahasiswa. Wah, lamaaa yaaa.. Tapi, bener, gak kerasa lho. Soalnya banyak banget yang terjadi, dan berkesan J.
Bermula dari pengisian formulir pendaftaran SNM-PTN...
Setelah meminta-minta pendapat dari berbagai pihak, yang semuanya mengatakan sebaiknya aku milih jurusan berbau pendidikan, yang artinya aku harus jadi Bu Guru.. Oh, No!! Akhirnya aku pun memilih tiga pilihan jurusan: pilihan pertama jurusan Kimia ITS, pilihan kedua jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS, pilihan ketiga jurusan Bahasa Jerman Universitas XX. Lho, kok, banting banget? Pilihan pertama dan kedua kan jurusannya sains banget, tapi pilihan ketiga kok malah bahasa? Heheh, soalnya aku ikutan kategori IPC. Kalo kategori IPA dan IPS kan pilihan jurusannya cuma dua, nah biar kesempatan lolos ujian SNM-PTN makin besar, aku milih kategori IPC. IPC itu gabungan IPA dan IPS, jadi jurusan yang dipilih boleh dari golongan IPA maupun IPS. Kategori IPC ini cukup menguntungkan, karena ada tiga pilihan jurusan yang boleh diisi. Tapi, karena ujiannya mencakup materi IPA dan IPS, akhirnya ya belajarnya makin rempong deh ciiin. Tak apalah, demi masuk universitas negeri, apapun jurusannya, heheh.
Kenapa aku milih Kimia, Teknik Sistem Perkapalan, dan Bahasa Jerman? Karena pada waktu itu, aku punya cita-cita “yang penting aku mau kuliah di ITS, gak peduli apa jurusannya”. Wait a minute, ada yang gak tahu ITS? Wah, ndeso kalian, hehehehehe pisss J. ITS itu Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, inget, bukan Institut Teknologi Surabaya lho ya... S-nya itu Sepuluh Nopember, bukan Surabaya lho ya.. Awas kalo masih salah aja, hehehe. Nah, pas tahun 2008, setelah ikutan berjuta-juta macam try out ujian SNM-PTN, nilai-nilaiku ternyata ada di sekitar passing grade-nya jurusan kimia, di bawahnya ada teknik sistem perkapalan, ya udah deh tak bungkus dua jurusan itu. Lalu, kemudian, dan selanjutnya, karena gengsi-ku terlalu gedhe kalau harus gak lolos ujian SNM-PTN, akhirnya aku milih jurusan bahasa jerman universitas XX, yang gosipnya waktu itu lebih banyak bangku kosongnya daripada pendaftarnya, so pasti diterima lah gak peduli sejeblok apa nilai ujiannya, hahahaha.
Sebelum ujian SNM-PTN, aku pun belajar siang, malem sore pagi nya molor, hahahaha. Gak ding, waktu itu aku bener-bener niat ingin jadi mahasiswa ITS. Saking niatnya, aku merelakan uang hasil tabungan selama SMA buat ikutan program intensif di Lembaga Bimbingan Belajar (LBB) Prima*ama. Padahal duit itu celenganku buat beli HP layar warna, soalnya waktu itu aku pake HP dual color: item tulisannya, kuning layarnya. Batal deh, HP layar warna. Gak apa-apa deh, toh Ayah janji mau beliin HP warna kalo lolos SNM-PTN nya.
Singkat cerita, setelah intensif belajar beratus-ratus jam, panas-panasan dan desek-desekan naik angkot pas pergi ke LBB Prima*ama (soalnya si LBB agak jauh dari rumahku), tibalah harinya SNM-PTN.
Satu hal yang gak akan pernah aku lupa adalah, hari itu aku berangkat ke lokasi ujian dibonceng motor sama Mamaku. Mamaku rela berdingin-dingin berangkat subuh dari Sidoarjo ke Surabaya, dan rela berpanas-panas pas pulang dari Surabaya ke Sidoarjo. Kebetulan aku dapet lokasi ujian di Universitas Airlangga Surabaya. Pas sampai di lokasi ujian, ternyata kepagian dan masih sepi. Ya udah, aku sama Mama nyari tempat teduh dulu.
Perut krucuk-krucuk, nih, belum sarapan, pasti garap ujiannya nanti gak konsen, batinku.
Eh, gak taunya Mama ngeluarin bungkusan nasi dari dalam tasnya.
“Lho, Mama kapan masaknya?” tanyaku.
“Pas samean gurung tangi, Cha” (waktu kamu belum bangun, Cha)
Mamaku kebiasaan manggil aku Icha, transformasi dari Riza-nya Ekky Riza Enggawati. Imut-imut kan? Hehe.
Ya Allah, bangun jam berapa tadi Mamaku? Aku masih di dunia mimpi, Mama udah di dunia dapur.
Waktu aku mau makan pake tangan, soalnya lupa bawa sendok, Mama melarangku, lalu nyuapin aku pake tangannya. Hari itu, aku yang sudah lulus SMA, sudah berumur 18 tahun, dan akan mengikuti ujian SNM-PTN, makannya malah disuapi sama Mama.
“Wes didulang Mama ae, ben gak rusuh tanganmu”, kata Mamaku (udah disuapin Mama aja, biar tanganmu gak kotor)
Rasanya waktu itu aku terharu banget, sekarang pun, kalo lagi inget, aku sering mewek, hehehe.
Sebenarnya, aku bisa aja nebeng temenku berangkat ke lokasi ujian, tapi Mama yang bersikeras mau mengantarku. Mama bilang, “lek gak diterno Mama, samean gak ketompo nang ITS lho” (kalo gak dianter Mama, kamu gak keterima di ITS lho). Ya udah, nurut aja, lagipula aku lebih suka kemana-mana bareng Mama. Hehe, aku emang anak Mama.
Aku jadi inget dulu pas ujian masuk SMP Negeri pun, aku dianter Mama. Lebih parah lagi, karena belum punya motor, Mama bonceng aku naek sepeda pancal. Satu tangan Mama memegang setir sepeda pancal, dan satu tangannya lagi sesekali memegangi adikku yang duduk di keranjang depan sepeda. Untuk menuju SMP itu, kami harus melewati jembatan di atas sungai yang lumayan lebar, dan melewati jalanan di tengah sawah yang jalannya becek-becek gak ada ojek. Dan hasilnya? Alhamdulillah, aku diterima di SMP Negeri tersebut, terlebih lagi aku  mendapat peringkat satu. Itu semua karena doa Mamaku yang tulus.
Lanjut ke SNM-PTN...
Setelah sebulan berharap-harap cemas, akhirnya malam itu aku mendapat kabar baik. Aku lolos ujian SNM-PTN, dan berhasil masuk di jurusan pilihan pertama: Kimia ITS. Sekali lagi, itu berkat doa Mamaku. Aku membuat sedikit kejutan buat Mama. Malam itu, Mamaku yang belum tahu kabar gembiranya, baru pulang dari pengajian.
“Ma, pengumuman SNM-PTN nya udah keluar, Icha gak keterima...” kataku
“Oalah... Yo wes gak apa-apa, berarti emang gak rejeki,” kata Mamaku dengan legowo.
“Icha gak keterima di Universitas XX, tapi keterima di Kimia ITS,” kataku. Seketika Mama memelukku, dan menciumi kedua pipiku. Aku melihat setitik air di mata Mama. Kalau bang Andrea Hirata beruntung mempunyai Ayah juara satu, aku lebih beruntung lagi karena memiliki keduanya: Mama dan Ayah Juara Satu. I love you Mom and Dad.
Malam itu tampak seperti hari yang sangat menyenangkan bagiku, tapi ternyata masih banyak hari-hari lain yang lebih menyenangkan J...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih ^^