Awalnya kami menikmati hari-hari baru kami
selayaknya pasangan yang baru jadian. Tapi kemudian, entah mengapa, aku merasa
kami lebih cocok berteman, bukan pacaran. Dengan bodohnya dan tanpa pikir
panjang, aku mengatakan apa yang kurasakan itu pada Dani. Dan akhirnya,
hubungan pacaran kami berakhir hanya tujuh hari setelah tanggal 2 September
2008. Hikz L. Aku memang bodoh sekali, tanpa memikirkan
perasaan Dani, aku enteng saja ngomong kalau aku lebih nyaman jika kami
berteman, bukan pacaran. Mungkin waktu itu karena aku masih berstatus ABG labil
alias ababil. Aku tidak tahu apa yang Dani pikirkan waktu itu, tapi dia sama
sekali tidak menganggapku jahat dan menuruti mauku untuk mengakhiri hubungan
pacaran kami. Bahkan dia juga sempat bilang, “kalau memang kamu suka sama mas
TWT, aku rela kok”. Aku memang pernah cerita ke Dani, di kampus ada seorang
senior yang keren, yang kuberi julukan TWT (the white trouser). Tapi sungguh,
bukan karena si TWT. Aku sendiri tidak mengerti mengapa perasaanku pada Dani
tiba-tiba berubah.
Setelah putus, sikap Dani padaku tetap baik.
Tapi aku justru merasa risih dengan sikapnya itu. Aku mencoba menarik diri dari
Dani. Sejak itu, hubungan kami semakin jauh.
Ternyata apa yang dikatakan Dani tentang TWT
ada benarnya. Setelah putus dengan Dani, perasaanku yang semula hanya nge-fans
sama TWT berkembang menjadi suka. Apa memang perasaanku pada Dani tiba-tiba
berubah karena faktor TWT? Aku memang egois ya, maafin aku ya Dan... L.
Setelah itu, aku memang sempat dekat dengan
TWT, tapi hanya sebentar, karena si TWT tiba-tiba menjauhiku. Mungkin ini karma
atas perbuatanku pada Dani.
Selanjutnya, aku dan Dani benar-benar jauh,
hanya sesekali saja sms. Suatu kali, beberapa bulan kemudian, kami sempat
ngobrol lewat sms tentang perasaan kami waktu itu. Ternyata, Dani tidak
memaksaku untuk tetap melanjutkan hubungan kami, karena dia tidak ingin
menggangguku, agar aku tetap konsentrasi kuliah.
Sebenarnya ada penyesalan, tapi toh ini semua
terjadi karena ulahku sendiri. Bukan Dani yang mengakhiri hubungan kami, tapi
aku. Aku sempat berpikiran untuk membangun kembali hubungan kami, tapi
nampaknya Dani tidak akan bersedia menghabiskan waktunya lagi denganku. Mana
ada orang yang mau dekat-dekat lagi dengan orang yang sudah pernah membuatnya
sakit hati? Aku menyesal, dan ingin mengulang semuanya dari awal. Seandainya
saja aku bisa memutar waktu, aku tidak akan melakukan kebodohan mengakhiri
hubungan kami, aku tidak akan nge-fans sama TWT.
Dua tahun kemudian, aku mengenal Yudha lewat
facebook. Masih ingat Yuhda? Itu lho, orang yang namanya ada di sms salah
kirimnya Dani, sms pertama yang kudapat dari Dani. Dulu Dani memang sempat
cerita dia berteman baik dengan Yudha. Dari cerita Yudha, aku semakin yakin
bahwa Dani memang cowok sederhana yang memiliki pemikiran sederhana, yang akan
menyayangi seseorang dengan tulus.
Beberapa waktu yang lalu, aku sempat ngobrol
dengan Dani. Iseng-iseng aku bertanya padanya berapa lama waktu yang dia
butuhkan untuk menghilangkan perasaannya padaku, ternyata dia menjawab,
“menghilangkan perasaan suka pada seseorang itu memang sulit, paling sulit. Aku
membutuhkan waktu sekitar satu tahun.”
Aku semakin menyesal dan merasa berdosa.
Padahal setahun setelah hubungan kami berakhir, aku sudah beberapa kali dekat
dengan cowok lain. Tapi, memang, harus kuakui, Dani adalah yang paling baik,
yang paling tulus, dan yang paling sederhana dalam mengasihi. Dari Dani, aku
belajar bagaimana mengasihi seseorang dengan tulus dan sederhana. Terimkasih
buat kenangan manisnya, Dani... J
Satu hal yang perlu kita garis bawahi adalah, jangan
pernah menyia-nyiakan seseorang yang mengasihimu dengan tulus...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih ^^