Sebelum cerita tentang awal mula melangkah ke
ITS, dan di-ospek sama senior yang keren-keren, hehe, aku mau cerita tentang
satu kenangan manis bareng seseorang bernama Dani.
Dani ini adalah temen SMA-nya temen SMP-ku.
Hihi, mbulet yak? Jadi begini, pas di SMP dulu aku punya tiga sahabat baik, namanya
Nuril, Evita, dan Fenny. Ternyata kami semua masuk di SMA yang beda-beda.
Meskipun beda SMA, tapi kami masih sering jalan bareng, bahkan sampai sekarang.
Si Dani adalah temen SMA-nya si Nuril. And
here we go...
Pada suatu saat, waktu aku kelas 2 SMA, ada
sms asing masuk ke HP-ku, bunyinya:
“Yudha, nanti malem pilox nya bawaen ya, aku
mau bikin gravity”
Yudha? Pilox? Gravity? Karena penasaran, ya
aku bales.
“ini siapa? salah kirim ya? aku ekky, bukan
yudha”
SMS pun berlanjut sampai akhirnya aku tahu
bahwa sms asing ini berasal dari seorang cowok bernama Dani, yang kebetulan adalah teman SMA-nya Nuril.
Singkat kata, perkenalan kami berawal dari sms nyasar itu.
Sejak itu, kami beberapa kali ngobrol lewat
sms. Tapi sebenarnya kami gak terlalu keep contact. Kadang-kadang dia ngilang
dan gak sms selama berbulan-bulan, begitu juga aku. Kami juga gak terlalu ngoyo
untuk kenal lebih dekat satu sama lain, bahkan beberapa bulan setelah
perkenalan kami belum pernah bertemu. Pernah suatu kali, kami janji bertemu di
arena jogging hari minggu pukul 6 pagi. Tapi karena tiba-tiba aku males keluar,
soalnya pas hari minggu males mandi pagi-pagi, hehe, kami pun batal bertemu.
Di awal perkenalan, menurutku Dani adalah
orang yang aneh. Dia pernah bilang, dia lebih suka menjadi kaum minoritas. Tapi
berkat dia, selera musikku jadi meningkat. Dari yang awalnya cuma tahu sedikit
lagu barat, aku jadi tahu lebih banyak. Dari yang awalnya cuma tahu Green Day dan Linkin Park, aku jadi tahu Bird
and The Bee, Secondhand Serenade,
Yellowcard, Plain White T’s, dll. Dia
juga pernah memberiku satu CD-room yang isinya penuh lagu-lagu barat dan
band-band indie (pembajakan!!). Di sampul CD-room itu ada tulisan semacem
gravity yang dia tulis pake spidol marker, yang sampe sekarang pun aku gak bisa
baca. CD-room itu masih ada sampe hari ini, tapi aku lupa ketumpuk di sebelah
mananya kamarku. Hehehe.
Pertemuan pertama kami terjadi secara tidak
sengaja. Waktu itu aku main ke SMA-nya si Nuril pas ada pentas seni. Pas aku
masuk kelasnya Nuril, tiba-tiba ada suara cowok yang manggil namaku. Aku gak
tahu dia siapa, yang jelas orangnya kurus, tingginya standar cowok, dan
berambut cepak (ya iya lah, kan masih SMA). Aku cuek aja, soalnya aku kira tuh
cowok cuma orang iseng yang gak pernah lihat cewek cantik, huehehe. Malem
harinya aku dapat sms dari Dani, bunyinya: “sombong banget, tadi pas disapa gak
mau noleh”. Ups, ternyata cowok kurus berambut cepak yang tingginya standar
tadi adalah DANI. Kok aku bego banget ya, Dani sama Nuril kan satu sekolahan.
Hahahahaha.
Hari-hari kami berlalu biasa saja, sampai
setelah UNAS, kami menjadi bertambah dekat. Obrolan kami meningkat dari cuma
masalah lagu dan sekolah, menjadi masalah hidup dan hal-hal pribadi. Sehari
tanpa ngobrol sama Dani rasanya seperti Alvin
and The Chipmunk tanpa si Alvin. Dani menjadi semacam kebiasaan bagiku,
begitu juga sebaliknya. Aku hafal rutinitas Dani, begitu juga sebaliknya.
Setiap malam kami ngobrol lewat sms, sesekali Dani telepon. Melalui kedekatan
itu, aku mengenal Dani sebagai cowok yang sederhana, yang juga memiliki pemikiran
sederhana, dan lebih suka menjadi kaum minoritas. Dani sangat hobi di dunia
gravity dan desain grafis. Aku menyukai karya-karyanya. Beberapa kali Dani main
ke rumahku, kadang rame-rame sama temen, kadang juga sendiri.
Di tengah-tengah kedekatanku dengan Dani, aku
sangat menyukai satu lagu berjudul “Hey
There Delilah” karya Plain White T’s.
Gara-gara lagu itu, lahirlah satu nama gabungan dari Dani dan Icha (salah satu
nama panggilanku), yaitu “Danicha”. Akhirnya, judul lagu versi kami pun berubah
menjadi “Hey There Danicha”.
Hahahaha, maaf ya abang-abang dari Plain
White T’s.
Satu hal yang menyedihkan, ketika kami
sama-sama berjuang agar bisa bareng-bareng kuliah di ITS, ternyata cuma aku
yang keterima. Dani memilih jurusan Desain Produk, jadi tes masuknya bukan
melalui SNM-PTN. Sayang sekali Dani tidak lolos ujian masuknya, padahal kami
sudah membayangkan betapa menyenangkannya jika kami bisa kuliah satu kampus.
Akhirnya, Dani melanjutkan pendidikannya di bidang desain komunikasi visual di
salah satu PTS di Surabaya. Bakatnya di bidang gambar dan desain semakin
terasah, dan berkembang di bidang fotografi. Sampai sekarang, aku masih
menyukai karya-karyanya, bahkan aku menjadikan beberapa hasil jepretannya
sebagai wallpaper PC-ku.
Setelah melewati masa-masa ababil yang galau,
pada tanggal 2 September di malam takbir lebaran tahun 2008, kami memutuskan
untuk melanjutkan hubungan persahabatan menjadi hubungan per-kekasih-an alias
pacaran. It’s my first J.
Sayang sekali, semua tidak seindah seperti
yang kubayangkan...
to be continued J...
Mbak, kisah pribadi memang mudah menginspirasi...
BalasHapusah mbak ini, saya jadi malu unyu2... hhuhhuu
BalasHapus