Senin, 30 April 2012

My First Lope :')


Sebelum cerita tentang awal mula melangkah ke ITS, dan di-ospek sama senior yang keren-keren, hehe, aku mau cerita tentang satu kenangan manis bareng seseorang bernama Dani.
Dani ini adalah temen SMA-nya temen SMP-ku. Hihi, mbulet yak? Jadi begini, pas di SMP dulu aku punya tiga sahabat baik, namanya Nuril, Evita, dan Fenny. Ternyata kami semua masuk di SMA yang beda-beda. Meskipun beda SMA, tapi kami masih sering jalan bareng, bahkan sampai sekarang. Si Dani adalah temen SMA-nya si Nuril. And here we go...
Pada suatu saat, waktu aku kelas 2 SMA, ada sms asing masuk ke HP-ku, bunyinya:
“Yudha, nanti malem pilox nya bawaen ya, aku mau bikin gravity”
Yudha? Pilox? Gravity? Karena penasaran, ya aku bales.
“ini siapa? salah kirim ya? aku ekky, bukan yudha”
SMS pun berlanjut sampai akhirnya aku tahu bahwa sms asing ini berasal dari seorang cowok bernama Dani, yang kebetulan adalah teman SMA-nya Nuril. Singkat kata, perkenalan kami berawal dari sms nyasar itu.
Sejak itu, kami beberapa kali ngobrol lewat sms. Tapi sebenarnya kami gak terlalu keep contact. Kadang-kadang dia ngilang dan gak sms selama berbulan-bulan, begitu juga aku. Kami juga gak terlalu ngoyo untuk kenal lebih dekat satu sama lain, bahkan beberapa bulan setelah perkenalan kami belum pernah bertemu. Pernah suatu kali, kami janji bertemu di arena jogging hari minggu pukul 6 pagi. Tapi karena tiba-tiba aku males keluar, soalnya pas hari minggu males mandi pagi-pagi, hehe, kami pun batal bertemu.
Di awal perkenalan, menurutku Dani adalah orang yang aneh. Dia pernah bilang, dia lebih suka menjadi kaum minoritas. Tapi berkat dia, selera musikku jadi meningkat. Dari yang awalnya cuma tahu sedikit lagu barat, aku jadi tahu lebih banyak. Dari yang awalnya cuma tahu Green Day dan Linkin Park, aku jadi tahu Bird and The Bee, Secondhand Serenade, Yellowcard, Plain White T’s, dll. Dia juga pernah memberiku satu CD-room yang isinya penuh lagu-lagu barat dan band-band indie (pembajakan!!). Di sampul CD-room itu ada tulisan semacem gravity yang dia tulis pake spidol marker, yang sampe sekarang pun aku gak bisa baca. CD-room itu masih ada sampe hari ini, tapi aku lupa ketumpuk di sebelah mananya kamarku. Hehehe.
Pertemuan pertama kami terjadi secara tidak sengaja. Waktu itu aku main ke SMA-nya si Nuril pas ada pentas seni. Pas aku masuk kelasnya Nuril, tiba-tiba ada suara cowok yang manggil namaku. Aku gak tahu dia siapa, yang jelas orangnya kurus, tingginya standar cowok, dan berambut cepak (ya iya lah, kan masih SMA). Aku cuek aja, soalnya aku kira tuh cowok cuma orang iseng yang gak pernah lihat cewek cantik, huehehe. Malem harinya aku dapat sms dari Dani, bunyinya: “sombong banget, tadi pas disapa gak mau noleh”. Ups, ternyata cowok kurus berambut cepak yang tingginya standar tadi adalah DANI. Kok aku bego banget ya, Dani sama Nuril kan satu sekolahan. Hahahahaha.
Hari-hari kami berlalu biasa saja, sampai setelah UNAS, kami menjadi bertambah dekat. Obrolan kami meningkat dari cuma masalah lagu dan sekolah, menjadi masalah hidup dan hal-hal pribadi. Sehari tanpa ngobrol sama Dani rasanya seperti Alvin and The Chipmunk tanpa si Alvin. Dani menjadi semacam kebiasaan bagiku, begitu juga sebaliknya. Aku hafal rutinitas Dani, begitu juga sebaliknya. Setiap malam kami ngobrol lewat sms, sesekali Dani telepon. Melalui kedekatan itu, aku mengenal Dani sebagai cowok yang sederhana, yang juga memiliki pemikiran sederhana, dan lebih suka menjadi kaum minoritas. Dani sangat hobi di dunia gravity dan desain grafis. Aku menyukai karya-karyanya. Beberapa kali Dani main ke rumahku, kadang rame-rame sama temen, kadang juga sendiri.
Di tengah-tengah kedekatanku dengan Dani, aku sangat menyukai satu lagu berjudul “Hey There Delilah” karya Plain White T’s. Gara-gara lagu itu, lahirlah satu nama gabungan dari Dani dan Icha (salah satu nama panggilanku), yaitu “Danicha”. Akhirnya, judul lagu versi kami pun berubah menjadi “Hey There Danicha”. Hahahaha, maaf ya abang-abang dari Plain White T’s.
Satu hal yang menyedihkan, ketika kami sama-sama berjuang agar bisa bareng-bareng kuliah di ITS, ternyata cuma aku yang keterima. Dani memilih jurusan Desain Produk, jadi tes masuknya bukan melalui SNM-PTN. Sayang sekali Dani tidak lolos ujian masuknya, padahal kami sudah membayangkan betapa menyenangkannya jika kami bisa kuliah satu kampus. Akhirnya, Dani melanjutkan pendidikannya di bidang desain komunikasi visual di salah satu PTS di Surabaya. Bakatnya di bidang gambar dan desain semakin terasah, dan berkembang di bidang fotografi. Sampai sekarang, aku masih menyukai karya-karyanya, bahkan aku menjadikan beberapa hasil jepretannya sebagai wallpaper PC-ku.
Setelah melewati masa-masa ababil yang galau, pada tanggal 2 September di malam takbir lebaran tahun 2008, kami memutuskan untuk melanjutkan hubungan persahabatan menjadi hubungan per-kekasih-an alias pacaran. It’s my first J.
Sayang sekali, semua tidak seindah seperti yang kubayangkan...

to be continued J...

2 komentar:

terimakasih ^^