Rabu, 29 Agustus 2012

2 September 2008


Bagaimana jika ternyata hati ini masih menyimpanmu?
Aku mungkin sudah tak bersisa.
Aku mungkin sudah tak termaafkan.
Aku mungkin sudah hilang bersama waktu.

Bagaimana jika aku meminta satu kesempatan,
yang pernah kubuang,
yang pernah kusia-siakan,
namun kini kusesali?

Aku terus berjalan melangkahimu,
melambaikan tangan padamu,
dan kamu membalasnya dengan senyum.
Ketulusan terpancar jelas dalam katamu.

Aku berkelana melewati waktu, melintasi jalan kehidupan,
sesekali terjatuh,
dan terjatuh,
lalu terjatuh lagi.

Kemudian,
di ujung jalan ini,
aku menoleh pada 2 September 2008.
Kubuka jurnal yang kutulis waktu itu,
kubaca dan aku paham:
Siapa lagi yang bisa lebih baik darimu?

Seandainya ini hanya jalanan ruang,
maka aku akan kembali.
Namun 2 September 2008 adalah jalanan waktu,
yang tak bisa kujelajahi lagi.

Seandainya aku tahu akan ada penyesalan yang panjang untuk ini,
aku tidak akan merusak 2 September 2008.

Selasa, 31 Juli 2012

PENGHARAPAN


Pengharapan yang aku punya ini, mungkin hanya akan terus berpendar tanpa tumbuh menjadi lebih terang
Karena aku tahu, hatiku tidak pernah berani berharap lebih dari ini
Karena aku tahu, kamu hanya akan mengingatku hari ini
Karena aku tahu, kamu tentu melupakan aku setelah hari ini

Pengharapan ini masih terus hidup dalam hatiku
Berpendar seadanya, menantikanmu
Pengharapan ini ingin tumbuh menjadi lebih nyata, sebenarnya
Tapi aku tahu, kamu hanya datang hari ini
Maka, kubiarkan saja pengharapan ini begini
Biar saja pengharapanku tetap hidup, meskipun layu

Maafkan aku atas pengharapan yang tidak pantas ini
Aku harus membungkus pengharapan itu, mengikatnya rapat-rapat, dan menyimpannya dalam laci lemari di sudut hatiku
Kupastikan rahasia tentang pengharapan ini aman

Hari ini, kamu datang, memaksaku membuka kembali pengharapan ini
Tapi aku tahu, kamu hanya datang hari ini
Maka aku harus menyimpan lagi pengharapan ini, membiarkannya terus berpendar, karena sebenarnya aku tidak bisa mematikan pengharapan ini
Kumohon, biarkan pengharapan ini tetap hidup, meski hanya berpendar dengan layu

Kamu, dengan segala kehidupanmu, tentu sudah lupa bagaimana bisa pengharapan ini lahir
Tapi aku, dengan segala kehidupanku, sungguh tidak pernah lupa bagaimana bisa pengharapan ini lahir

Begitulah,
Kamu hanya akan terus berjalan, tanpa mengingat aku dan pengharapan ini
Tapi aku akan terus berjalan, sambil menyimpan pengharapan ini, dan mengingat semua detailnya

Rabu, 30 Mei 2012

twenty eight days

Aku tertegun. Beberapa detik. Bukan. Hanya sepersekian detik, yang terasa sangat lama. Sesuatu yang paling kutakutkan beberapa waktu silam, akhirnya terjadi juga hari ini. Hari ini, aku ragu apakah aku bisa menyelesaikan semuanya tepat waktu.
Aku jenis manusia yang selalu merasa bersalah atas sesuatu yang tidak tepat terjadi seperti seharusnya. Entahlah, salah siapa kondisi ini. Oh, mungkin aku yang terlalu malas. Oh, mungkin aku terlalu banyak berimajinasi atas sesuatu yang belum saatnya terjadi. Oh, waktuku hanya kugunakan untuk hal-hal yang tidak penting.
Waktu terus berjalan. Saat aku tidur pun waktu tetap berjalan. Saat aku bermalas-malasan pun waktu tetap saja berjalan, seolah ingin mendahuluiku, menyalipku, meninggalkanku. Saat aku sedang merasa lelah, waktu tetap saja berjalan tanpa toleransi. Saat aku mengerjakan sesuatu dengan lamban, waktu tetap berjalan, dan terasa jauh lebih cepat. Waktu tidak dapat diubah, waktu hanya tahu berjalan, dan terus berjalan dengan kecepatan yang stabil. Waktu. Waktu. Yang kubutuhkan hanya beberapa waktu. Seperti Will Salas yang membutuhkan waktu di film “In Time”. Sayang sekali waktu tidak bisa dibeli seperti di film “In Time” tersebut. Hei, tapi meskipun waktu bisa dibeli, aku tidak akan mampu membelinya.
Oh, sudahlah. Jelas ini salahku. Aku hanya lupa diri saat menghabiskan waktu dengan sia-sia. Sudahlah, bukan penyesalan yang harus dilakukan saat ini. Tidak ada waktu untuk menyesal. Sudah saatnya memperbaiki diri, dan benar-benar fokus pada satu hal ini. Satu tiket yang akan membawaku ke kehidupan baru yang lebih menyenangkan, dan menegangkan.
Oh!
Dan setelah kuhitung, ternyata tinggal dua puluh delapan hari lagi! Tidak bisa dibulatkan menjadi tiga puluh hari, karena ini waktu! Karena aku sedang berurusan dengan WAKTU! Ya, dua puluh delapan hari lagi...
Mari kita lihat, apakah dua puluh delapan hari lagi, aku bisa memegang tiket itu? Tiket untuk menuju kehidupan baru yang lebih menyenangkan dan menegangkan...
Twenty Eight Days.
A ticket.
Would I??