Percakapan imajiner ini saya buat lama sebelum bulan oktober 2013.
Percakapan imajiner
Aku : Apa
yang menurutmu aku lebih istimewa dari mbak-mbak cantikmu?
Kamu : Kamu
mau menerimaku
Aku : Tapi
itu bukan keistimewaan
Kamu : Maksudnya?
Aku : Kalau
ternyata ada mbak cantik yang mau menerimamu, berarti aku sudah tidak istimewa
Kamu : Benarkah?
Aku : Ya,
bisa saja kalau ada mbak cantik yang bisa menerimamu, kamu akan lebih memilih
dia daripada aku
Kamu : Oh
ya?
Aku : (mengangguk)
Kalau begitu, sebenarnya aku tidak punya keistimewaan buat kamu. Jadi kalau aku
pergi, itu justru lebih baik buat kamu karena kamu bisa mencari seseorang yang
punya keistimewaan, yang tidak bisa digantikan oleh orang lain, bahkan oleh
mbak-mbak cantikmu.
Kamu : Aku
nggak ngerti. Apa itu berarti kamu mau pergi? Kamu ingin kita berpisah?
Aku : (menggeleng)
Sebenarnya menurutku kamu yang menginginkan kita berpisah. Lagipula aku
tidak merasa kamu menyayangiku.
Kamu : Kok
bisa?
Aku : Kamu
tidak pernah ingin bertemu denganku. Aku harus marah-marah dulu, baru kamu
bilang ingin, pasti dengan terpaksa biar aku nggak marah-marah lagi. Kamu tidak
menjaga komunikasi kita, bahkan saat kamu sedang tidak sibuk. Dan aku juga
harus marah-marah dulu, baru kamu kadang-kadang menelepon.
Kamu : Lalu?
Aku : Aku
juga punya banyak kekurangan di mata kamu. Ingat kan? Kamu sendiri yang bilang.
Kamu : Itu
kan cuma bercanda.
Aku : Ya,
tapi di sisi lain aku merasa kamu sedang membandingkan aku dengan mbak-mbak
cantikmu.
Kamu : Kamu
sensitif sekali. Dulu aku kira kamu suka bercanda.
Aku : Semuanya
menjadi berbeda setelah ada perasaan sayang.
Kamu : Kalau sayang, kenapa kamu mau pergi?
Aku : Aku
kan sudah bilang, bukan aku yang menginginkannya, tapi kamu.
Kamu : Aku
tidak pernah bilang begitu, kan?
Aku : Mulutmu
memang tidak pernah bilang, tapi sikapmu yang mencerminkannya.
Kamu : Sikapku
yang mana?
Aku : Aku
juga sudah bilang kan. Bahkan kamu pun tidak mendengarku dengan cermat.
Baiklah, akan aku ulangi dengan alasan yang lebih banyak. Pertama, kamu tidak
ingin bertemu denganku bahkan setelah kita tidak bertemu selama berbulan-bulan.
Aku harus marah-marah dulu, baru kamu mengajakku ‘bertemu dan berbicara’.
Kedua, kamu tidak menunjukkan tanda-tanda ingin menjaga komunikasi denganku.
Selalu ada alasan untuk tidak berkomunikasi. Ketiga, kamu bahkan lupa dengan
hari ulang tahunku, kamu cuma mengingatnya dengan bantuan reminder di HP mu.
Berhubung HP mu hilang, maka hari ulang tahunku juga hilang dari ingatanmu.
Keempat, kamu tidak ingin datang ke rumahku. Aku yang datang ke rumahmu. Kurasa
alasannya bukan sekedar kamu tidak ada kendaraan pribadi atau jauhnya jarak
rumah kita. Alasan sebenarnya adalah karena kamu tidak ingin meluangkan waktu
untuk datang ke rumahku. Kamu tidak mau banyak berkorban buatku, karena aku
tidak istimewa buat kamu. Kelima, kamu pernah mengatakan dengan enteng, “kalau
tidak mau menunggu, kamu pergi saja.” Keenam, kamu bahkan tidak ingin
menunjukkan bahwa kamu sudah punya pacar, entah karena kamu malu atau
bagaimana, tapi kamu lebih suka dianggap tidak punya pacar agar leluasa
menggoda mbak-mbak cantikmu. Mungkin karena aku tidak secantik mbak-mbak
cantikmu itu. Ketujuh, aku rasa kamu lebih menikmati saat-saat bersama salah
satu mbak cantikmu. Saat kamu membicarakan dia, kamu lebih bersemangat. Sudah
tujuh alasan, kamu ingin aku menyebutkan lebih banyak alasan lagi?
Kamu : (hanya
diaaaaaaam, tanpa ekspresi)
Aku : Jadi
memang begitu? Sudah aku duga, aku cuma menjadi sekedar pelengkap buat kamu.
Kamu : Jadi
sebenarnya apa yang kamu inginkan?
Aku : Aku
ingin memiliki arti, bukan sekedar pelengkap. Aku ingin menjadi tepung terigu
untuk membuat donat, sebab tanpa tepung terigu, donat tidak akan bisa dibuat.
Aku tidak ingin hanya menjadi topping di atas donat, karena sebuah topping bisa
digantikan oleh topping lainnya.
Kamu : Kamu
selalu bicara tentang apa yang kamu rasakan. Kamu tidak ingin tahu bagaimana
perasaanku?
Aku : Bagaimana
aku tahu kalau kamu tidak pernah mengatakannya secara gamblang.
Kamu : Aku
menginginkan hubungan yang sehat, yang ceria, yang tidak melulu terisi dengan
omelan-omelan dan acara ngambek mu.
Aku : Apa
yang menurutmu membuatku sering ngomel-ngomel dan ngambek?
Kamu : (mengangkat
bahu)
Aku : Haha.
Kamu pura-pura tidak tahu. Tentu saja semua omelan dan acara ngambek ku itu
karena kamu, karena sikapmu. Kalau kamu bersikap manis, aku juga bisa bersikap
manis. Coba kamu ingat, seberapa sering kamu bersikap manis? Hanya beberapa
kali. Dan coba kamu ingat, seberapa sering kamu bersikap menjengkelkan?
Berkali-kali.
Akhirnya
kami putus pada bulan Oktober 2013.
Aku mengatakan seluruh
alasan yang ada pada percakapan imajiner tersebut kepadanya, yang dia respon
dengan kalimat, “kalau begitu, mari kita menjalani jalan yang dipilih
masing-masing. Jika sampai saatnya aku akan melamarmu nanti, ternyata pintu mu
sudah tertutup, maka kita benar-benar selesai.”
Melalui tulisan ini,
seandainya dia membacanya, aku ingin meminta maaf kepadanya. Bahwa aku tidak
bisa menunggunya lagi. Aku lelah dengan kepura-puraan bahwa aku tetap menyayanginya.
Aku ingin terus berjalan dalam kehidupanku. Aku ingin mencari kebahagiaanku
dengan bertemu dengan ‘orang baru’ yang dapat menghargai arti sebuah hubungan dan
kasih sayang.
Maafkan aku, selama
ini membohongi diriku sendiri. Aku berusaha berbahagia dengannya, tetapi tidak
bisa. Aku sudah lelah berpura-pura bahagia, berpura-pura tetap bisa menerimanya
meskipun dia tidak pernah menunjukkan itikad baiknya dalam hubungan kami.
Maafkan aku, aku tidak bisa menunggunya. Maafkan aku, aku telah mengkhianati kata-kataku
kepadanya bahwa aku akan menunggunya sampai dia siap menuju hubungan yang lebih
matang. Maafkan aku, aku harus tetap berjalan maju dalam kehidupanku dan menghabiskan
waktu bersama ‘orang baru’ yang lebih mampu menghargai kasih sayangku.
Semoga dengan tulisan
ini, seandainya dia membacanya, dia sanggup mengerti bahwa kasih sayang yang
diberikan secara searah tidak akan menghasilkan cinta yang kuat. Dan, bahwa
cinta selalu menuntut perjuangan. Cinta akan tetap bernilai nol tanpa
perjuangan. Meskipun nol adalah awal dari segalanya, namun segalanya akan tetap
bernilai nol tanpa perjuangan.
Untuk dia yang dulu pernah menjadi bagian dari hidupku:
I’m sorry goodbye.
Ternyata aku dan kamu tidak bisa menjadi kita. Semoga kamu segera menemukan ‘orang
baru’ yang lebih mampu mengasihimu.
Regards,
Ekky
November 2013
akhirnya setelah sekian lama update lagi....
BalasHapusaduh sekali nya muncul ngepostingnya tentang patah hati, semoga dengan orang baru bisa berhubungan tanpa ngambek2 mulu :)
Hehehe ah mas yandhi, jadi malu nih... XD
HapusSemoga di tahun 2014 jadi lebih sering update (sekalian masuk resolusi 2014) hehehe
sayyoonngg... semoga qm segera nemuin puzzle yang memiliki bentuk yang pas :D ~
BalasHapusAamiin.. Makasih doanya nuril sayoonk... Semoga km jg segera menemukannya yaaa.. Orang yang menakjubkan seperti sahabat km ituuu..
Hapus