Sabtu, 03 Agustus 2013

Kemarau yang menunggu Hujan

Aku terus menengadah
Menantikan rombongan awan yang membawamu untuk menyambangi tanahku
Dengan sabar menghitung waktu
detik menjadi menit, menit menjadi jam, jam menjadi hari, hingga hari menjadi bulan
Sayang sekali aku adalah kemarau yang malang
yang tetap menunggu saat bertemu denganmu
meskipun tahu bahwa keberadaanmu menyebabkan ketiadaan bagiku
bahwa pada akhirnya kita akan saling meniadakan
Sebab aku hanya ingin mengasihimu dengan sederhana,
seperti yang ditulis oleh Kahlil Gibran, tentang kayu dan api
Aku tetap menantikan saat-saat perjumpaan
yang sekaligus menjadi perpisahan bagi kita
yang terangkum dalam tetesan air hujan pertama setelah kemarau panjang
selama sepersekian detik
Kau tahu tentang malam dan pagi?
Mereka menjaga keseimbangan alam secara bergantian
Tahukah kau bahwa malam dan pagi saling jatuh cinta?
Sehingga Tuhan menciptakan fajar untuk mempertemukan mereka
Pagi dan malam lebih beruntung, sebab mereka tidak perlu menghitung waktu hingga berbulan-bulan untuk saling bertemu
Namun, meskipun pertemuan kita hanya bertahan sepersekian detik, ketika tetesan air hujan jatuh di tanah tandusku,
aku akan mengingatmu seperti pagi mengingat malam, dan malam mengingat pagi
Sampai jumpa lagi sang Hujan, yang datang sebagai anugrah bagi umat manusia setelah sang Kemarau [aku]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih ^^